Monday, 3 March 2014

My Urban Farming Style

Berbicara mengenai urban farming, gaya lain dari bertani semacam ini di saat sekarang semakin ngetrend. Tapi sebetulnya apa itu urban farming?
     Urban Farming/Urban Agriculture secara singkat dapat diartikan sebagai usaha menumbuhkan tanaman atau memilihara hewan ternak di area perkotaan (Resource Centres on Urban Agriculture and Food Security, 2013). Lebih terperinci lagi urban farming adalah Rantai industri yang memproduksi, memproses dan menjual makanan dan energi untuk memenuhi kebutuhan konsumen kota. Semua kegiatan dilakukan dengan metoda using dan re-using sumber alam dan limbah perkotaan (Balkey M.). Semakin sempitnya lahan pertanian, akibat dari konversi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian (perumahan, industrialisasi, gedung perkantoran) setidaknya akan menyebabkan berkurangnya pasokan bahan pangan dan meningkatnya harga bahan pangan di daerah perkotaan. Pembahasan di atas memang agak serius, kali ini kita ganti gaya bahasa dalam tulisan.
     Nah ngomong-ngomong soal urban farming nih, ingat waktu pergi nemenin mamih ke pasar pas beli bumbu dapur agak kaget juga denger harga cabai rawit yang pedesnya minta ampun atau cabai setan/jablay harga per kilo-nya sampai Rp. 50.000, etdahhhh mending gw jadi tukan dagang deh. Ketika mengingat kembali kejadian itu, akhirnya terpikir untuk melakukan urban farming gaya sendiri. Awalnya nyokap suka iseng-iseng tabur-tabur biji cabai yang udah busuk secara sembarang, padahal tanah itu sudah ada tanaman lain. Lalu kenapa ga gue coba pindahin ke pot baru. Alhamdulillah si tanaman tumbuh subur, tampaknya ini pohon cabai merah besar, lama kelamaan pohon ini pun menghasilkan bunga dan buah. Beberapa bulan kemudian, pohon ini semakin membuat gue tersenyum kegirangan.
     Lumayan kan buat stock bumbu dapur, hehehe. Baru di ambil tiga buah, sisanya menyusul karena belum berubah jadi ranger merah, masih ranger hijau :). Ilmu yang gue dapet selama menempuh pendidikan pertanian ternyata gak sia-sia dan bisa diaplikasikan. Berharap punya lahan pertanian nantinya, Aamiin....
     Halaman rumah tidak harus luas untuk melakukan hal yang berguna ini. Penggunaan pot pun bisa digunakan bukan hanya untuk tanaman cabai tapi bisa untuk tanaman sayuran lainnya, seperti pakcoy atau tomat (tinggal nunggu masa panen). Jadi tidak ada salahnya untuk mencoba, gaya berkebun yang satu ini. Supaya lebih jelas lagi mengenai manfaat urban farming secara global dan sesungguhnya, nih dia...
  • Urban Farming memberikan kontribusi penyelamatan lingkungan dengan pengelolaan sampah Reuse dan Recycle
  • Membantu menciptakan kota yang bersih dengan pelaksaan 3 R (reuse, reduse, recycle) untuk pengelolaan sampah kota.
  • Dapat menghasilkan O2 dan meningkatkan kualitas lingkungan kota
  • Meningkatkan Estetika Kota
  • Mengurangi biaya dengan penghematan biaya transportasi dan pengemasan
  • Bahan pangan lebih segar pada saat sampai ke konsumen yang merupakan orang kota
  • Menjadi penghasilan tambahan penduduk kota.
Bukan hanya urban farming bergaya gue yang bisa diaplikasikan, tapi nih ada gaya lain caranya dengan:
  • Memanfaatkan lahan tidur dan lahan kritis,
  • Memanfaatkan Ruang Terbuka Hijau (Privat dan Publik)
  • mengoptimalkan kebun sekitar rumah,
  • menggunakan ruang (verticultur).
Tuh kan, sekali lagi ga ada salahnya mencoba. Ini juga mungkin bisa menekan biaya kebutuhan rumah tangga untuk urusan perdapuran. Selamat mencoba :) ......

No comments:

Post a Comment