Sunday, 26 April 2015

"MORE ENERGY, LESS CARBON" GEOCAP, Hadiah Belanda untuk Indonesia (Holland Writing Competition 2015)


“MORE ENERGY, LESS CARBON”
GEOCAP, HADIAH BELANDA UNTUK INDONESIA
Tema: Api

    Ada yang masih ingat dengan Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) Kamojang? Lalu apa hubungannya dengan Belanda? Singkat cerita, The Netherland East Indies Vulcanologycal Survey atau yang sekarang dikenal dengan nama PLTP Kamojang ini, merupakan sebuah Inovasi warisan Belanda dari tahun 1925 yang diusulkan pada tahun 1918 oleh ilmuwan Belanda bernama J.B. Van Djik . Tapi itu dulu... lalu sekarang?
Gambar 1. Distribusi daerah potensi panas bumi di Indonesia (Sumber: Antonaria, BAPPENAS 2010)

Seperti kita ketahui Negara Indonesia berada di atas lingkaran cincin Api “Ring of Fire”, jadi ini sangat mungkin bagi Indonesia untuk memanfaatkan potensi panas bumi sebagai energi alternatif dan terbarukan. Empat puluh persen (40%) dari sumber daya panas bumi dunia terbukti dapat ditemukan di Indonesia. Potensi geothermal electric di indonesia diperkirakan dapat menghasilkan 225.000 GWh per tahunnya. Jadi seberapa banyak itu? Sebagai ilustrasi, jumlah listrik yang saat ini dikonsumsi di Belanda adalah 101.000 GWh, yang berarti bahwa listrik panas bumi potensial di Indonesia akan mencakup dua kali lebih besar dari Belanda.

Gambar 2. Geyser aktif dengan perubahan air permukaan (Sumber: Raats Agentschap.nl)

     Bagi Indonesia energi panas bumi tidak hanya dimaksudkan untuk memenuhi peningkatan permintaan terhadap listrik, tapi juga untuk menarik cara teknologi inovatif dan untuk menghindari investasi tambahan dalam pembangkit listrik berbasis bahan bakar fosil (batu bara). Sumber daya batu bara memang relatif murah juga melimpah di negeri ini, tetapi memiliki efek samping yang negatif yaitu, hasil CO2 dan emisi debu yang akan membahayakan manusia dan lingkungan serta dampaknya terhadap perubahan iklim. Indonesia berkomitmen terhadap perjanjian internasional tentang emisi gas rumah kaca, yang akhirnya membuat Pemerintah Indonesia meluncurkan Inisiatif Energi Bersih (More Energy, Less Carbon) namun, biaya pembangunan yang tinggi yaitu, sekitar 1175-1750 USD per kW kapasitas terpasang serta risiko finansial yang tinggi selama eksplorasi menghambat Indonesia untuk memulai upaya ini. Indonesia juga masih terbatas oleh kurangnya tenaga terampil dan terlatih untuk mengeksplorasi, memproduksi dan mengeksploitasi ditambah dengan adanya persaingan antara eksplorasi dan perlindungan kawasan hutan menjadi rintangan bagi Indonesia.

     Upaya Indonesia ini rupanya mendapatkan sambutan yang baik dari Pemerintah Belanda setelah Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) mengusulkan rencana pembangunan PLTP ke Kedutaan Belanda. Pada tahun 2014 Program Pembangunan Kapasitas Panas Bumi (GEOCAP) antara Belanda-Indonesia yang dipimpin oleh Universitas Twente (Belanda) diluncurkan. Pemerintah Belanda menyumbangkan sekitar 6 juta euro untuk program ini. Program ini memiliki tujuan untuk meningkatkan kapasitas Kementerian di Indonesia, Instansi Pemerintah Daerah, perusahaan publik dan swasta dan lembaga pengetahuan dalam pengembangan, eksplorasi dan pemanfaatan sumber energi panas bumi, dan menilai serta memantau dampaknya terhadap ekonomi dan lingkungan.

    Salah satu komponen penting dalam pengembangan panas bumi adalah pengetahuan tentang manajemen data permukaan dan bawah tanah. Data yang bisa didapatkan untuk investor swasta mengarah ke peningkatan efisiensi (mengurangi risiko dalam investasi untuk pengeboran). Belanda (TNO) akan menerapkan inovasinya dalam mendapatkan informasi data mengenai permukaan dan bawah tanah berkaitan dengan aktivitas geothermal di Indonesia. TNO dan ISES (Belanda) bersama anggota Aliansi Peneliti Energi Eropa lainnya megembangkan sebuah software ThermoGis. ThermoGis menyediakan peta yang dilengkapi  dengan informasi digital tentang kedalaman, ketebalan, porositas dan permeabilitas suatu daerah eksplorasi. Pengguna dari ThermoGis juga akan dengan mudah mengkases secara otomatis informasi data yang diperlukan dalam perencanaan pembangunan Pembangkit Listrik yang berbasis panas bumi. Aplikasi ThermoGis ini dapat diakses melalui website TNO jadi ini bisa memudahkan bagi sebuah perusahaan atau investor yang akan merencanakan tata letak sebuah bangunan, tidak hanya terkait dengan panas bumi tetapi juga gas dan minyak.


ThermoGIs World Viewer, TNO


Gambar 3. Gambaran skematik Energi Geothermal, sumber: http://www.thermogis.nl
    Dengan Teknologi ini TNO (Belanda) bersama Indonesia akan membangun sebuah database sumber panas bumi Indonesia. Sebelumnya TNO memiliki pengalaman dengan Data dan Informasi Subsurface Belanda (DINO). “Tidak hanya itu, dari sini kita bisa mengidentifikasi kontur waduk bawah tanah yang penting dalam membatasi atau mencegah penurunan tanah” Kata Pagnier dikutip dari TNO digital magazine. TNO telah berpartisipasi dalam 40 studi mengenai geothermal, dengan bantuan TNO dan inovasi teknologinya maka akan membuka peluang besar bagi Indonesia untuk menemukan dan menentukan wilayah yang potensial ketika akan membangun sebuah pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi ditambah dengan Program GEOCAP.

    Program GEOCAP melibatkan Universitas Twente – Fakultas ITC (UT ITC) dan Asosiasi Geothermal Indonesia (INAGA/API) sebagai koordinator, beberapa perusaahan seperti IF Technology, DNV-GL Energy, Well Engineering Partners (WEP), dan perusahaan panas bumi Indonesia. TNO sendiri sebagai Institusi pengetahuan akan membimbing para calon ilmuwan dan ilmuwan Indonesia yang berasal dari beberapa Universitas di Indonesia seperti ITB, UI, dan UGM yang nantinya akan berkolaborasi dengan Universitas dari Belanda (Universitas Utrecht, dan Universitas Teknik Delft). WWF Indonesia juga ikut berperan karena program ini akan berkaitan dengan lingkungan.

    Inilah langkah awal bagi Indonesia untuk mengembangkan energi panas bumi. Dari sini semoga akan melahirkan inovasi-inovasi baru seperti pertanian modern Duijvestijn Tomaten di Belanda  yang memanfaatkan energi panas bumi untuk memanipulasi lingkungan di sekitar area penanaman (Green House). Serta inovasi lainnya seperti energi panas bumi untuk pengeringan sayuran dan buah-buahan, distilasi, pengolahan makanan (pengalengan), budidaya ikan, pasteurisasi dan peningkatan kualitas air minum. Juga produksi energi listrik bersih, yang akan berdampak baik bagi kebersihan udara tentunya. Jangan lupa! cadangan fosil Indonesia hanya cukup untuk 23 tahun mendatang (Kementrian ESDM, 2011), jadi mulai saat ini kita perlu memikirkan cara untuk menghasilkan energi alternatif dan terbarukan. Akhirnya saya bisa mengucapkan, dank Holland....


DAFTAR REFERENSI
Cornelissen, Willem. 2015. Capacity Building for Geothermal Electricity Generation in Indonesia. Evaluation of activities supported by the Dutch Promoting Renewable Energy Programme.
de Nijs, Boy. 2015. Duijvestijn Tomatoes awarded world's best tomato grower. (diakses melalui http://www.hortidaily.com, 26 April 2015)
Noor, R.M. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Kamojang. 2012.
TNO. Renewed interest In Geothermal Energy. (diakses melalui https://www.tno.nl/media/1659/362beno.pdf, 26 April 2015)
TNO. ThermoGis. World Aquifer Viewer.( diakses melalui http://www.thermogis.nl, 26 April 2015)
van der Meer, Freek. et al. 2013. GEOCAP: Geothermal Capacity Building Program (Indonesia-Netherlands). Proceedings World Geothermal Congress 2015, Melbourne, Australia.
van der Meer, Freek dan Hecker, Chris. 2014. GEOCAP: Geothermal Capacity Building Program (Indonesia-Netherlands). GRSG Newsletter p:24-30 issue 69.
van Wees, Jan-Diedrik. et al. 2013. Geothermal Energy in Netherlands:The ThermoGis project. TNO (diakses melalui www.lbeg.niedersachsen.de/download/52200, 26 April 2015)

No comments:

Post a Comment