“MORE ENERGY,
LESS CARBON”
GEOCAP, HADIAH
BELANDA UNTUK INDONESIA
Tema: Api
Ada yang masih
ingat dengan Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) Kamojang? Lalu apa
hubungannya dengan Belanda? Singkat cerita, The
Netherland East Indies Vulcanologycal Survey atau yang sekarang dikenal
dengan nama PLTP Kamojang ini, merupakan sebuah Inovasi warisan Belanda dari
tahun 1925 yang diusulkan pada tahun 1918 oleh ilmuwan Belanda bernama J.B. Van
Djik . Tapi itu dulu... lalu sekarang?
Gambar 1. Distribusi daerah potensi panas bumi di Indonesia (Sumber: Antonaria, BAPPENAS 2010) |
Seperti kita
ketahui Negara Indonesia berada di atas lingkaran cincin Api “Ring of Fire”, jadi ini sangat mungkin
bagi Indonesia untuk memanfaatkan potensi panas bumi sebagai energi alternatif
dan terbarukan. Empat
puluh persen (40%) dari sumber daya panas bumi dunia terbukti dapat ditemukan di Indonesia. Potensi geothermal
electric di indonesia diperkirakan dapat menghasilkan 225.000 GWh per
tahunnya. Jadi seberapa banyak itu? Sebagai ilustrasi, jumlah
listrik yang saat ini dikonsumsi
di Belanda adalah 101.000 GWh, yang
berarti bahwa listrik panas bumi potensial di
Indonesia akan mencakup
dua kali lebih besar dari Belanda.
Gambar 2. Geyser aktif dengan
perubahan air permukaan (Sumber: Raats Agentschap.nl)
|
Bagi Indonesia
energi panas bumi tidak hanya dimaksudkan untuk memenuhi peningkatan permintaan
terhadap listrik, tapi juga untuk menarik cara teknologi inovatif dan untuk
menghindari investasi tambahan dalam pembangkit listrik berbasis bahan bakar
fosil (batu bara). Sumber daya batu bara memang relatif murah juga melimpah di
negeri ini, tetapi memiliki efek samping yang negatif yaitu, hasil CO2
dan emisi debu yang akan membahayakan manusia dan lingkungan serta dampaknya
terhadap perubahan iklim. Indonesia
berkomitmen terhadap perjanjian internasional tentang emisi gas rumah kaca,
yang akhirnya membuat Pemerintah Indonesia meluncurkan Inisiatif Energi
Bersih (More Energy, Less
Carbon) namun, biaya
pembangunan yang tinggi yaitu, sekitar 1175-1750
USD per kW kapasitas
terpasang serta risiko finansial
yang tinggi selama eksplorasi
menghambat Indonesia untuk memulai upaya ini. Indonesia juga masih terbatas
oleh kurangnya tenaga terampil dan terlatih untuk
mengeksplorasi, memproduksi dan mengeksploitasi ditambah dengan adanya persaingan antara eksplorasi dan
perlindungan kawasan hutan menjadi rintangan bagi Indonesia.
Upaya Indonesia ini rupanya mendapatkan sambutan yang
baik dari Pemerintah Belanda setelah Kementrian Perencanaan Pembangunan
Nasional (BAPPENAS) mengusulkan rencana pembangunan PLTP ke Kedutaan Belanda. Pada tahun 2014 Program Pembangunan Kapasitas Panas Bumi (GEOCAP)
antara Belanda-Indonesia yang dipimpin oleh Universitas Twente (Belanda) diluncurkan.
Pemerintah Belanda menyumbangkan sekitar 6 juta euro untuk program ini. Program
ini memiliki tujuan untuk meningkatkan kapasitas Kementerian di Indonesia,
Instansi Pemerintah Daerah, perusahaan publik dan swasta dan lembaga
pengetahuan dalam pengembangan, eksplorasi dan pemanfaatan sumber energi panas
bumi, dan menilai serta memantau dampaknya terhadap ekonomi dan lingkungan.
Salah satu komponen penting dalam pengembangan
panas bumi adalah pengetahuan
tentang manajemen data permukaan dan bawah tanah. Data yang bisa
didapatkan untuk investor swasta mengarah
ke peningkatan efisiensi (mengurangi risiko dalam investasi untuk
pengeboran). Belanda (TNO) akan
menerapkan inovasinya dalam mendapatkan informasi data mengenai permukaan dan
bawah tanah berkaitan dengan aktivitas geothermal di Indonesia. TNO dan ISES
(Belanda) bersama anggota Aliansi Peneliti Energi Eropa lainnya megembangkan
sebuah software ThermoGis. ThermoGis menyediakan peta yang dilengkapi dengan informasi digital tentang kedalaman,
ketebalan, porositas dan permeabilitas suatu daerah eksplorasi. Pengguna dari
ThermoGis juga akan dengan mudah mengkases secara otomatis informasi data yang
diperlukan dalam perencanaan pembangunan Pembangkit Listrik yang berbasis panas
bumi. Aplikasi ThermoGis ini dapat diakses melalui website TNO jadi ini bisa
memudahkan bagi sebuah perusahaan atau investor yang akan merencanakan tata
letak sebuah bangunan, tidak hanya terkait dengan panas bumi tetapi juga gas
dan minyak.
ThermoGIs World Viewer, TNO |
Gambar 3. Gambaran skematik
Energi Geothermal, sumber: http://www.thermogis.nl
Dengan Teknologi ini TNO (Belanda) bersama Indonesia akan membangun
sebuah database sumber panas bumi Indonesia. Sebelumnya
TNO memiliki pengalaman dengan Data dan Informasi
Subsurface Belanda (DINO). “Tidak hanya
itu, dari sini kita bisa mengidentifikasi kontur waduk bawah tanah yang penting dalam membatasi atau mencegah
penurunan tanah” Kata Pagnier dikutip
dari TNO digital magazine. TNO telah berpartisipasi dalam 40 studi
mengenai geothermal, dengan bantuan TNO dan inovasi teknologinya maka akan
membuka peluang besar bagi Indonesia untuk menemukan dan menentukan wilayah
yang potensial ketika akan membangun sebuah pembangkit Listrik Tenaga Panas
Bumi ditambah dengan Program GEOCAP.
Program GEOCAP melibatkan Universitas Twente – Fakultas
ITC (UT ITC) dan Asosiasi Geothermal Indonesia (INAGA/API) sebagai koordinator,
beberapa perusaahan seperti IF Technology, DNV-GL Energy, Well Engineering Partners (WEP), dan
perusahaan panas bumi Indonesia. TNO sendiri sebagai Institusi pengetahuan akan
membimbing para calon ilmuwan dan ilmuwan Indonesia yang berasal dari beberapa
Universitas di Indonesia seperti ITB, UI, dan UGM yang nantinya akan
berkolaborasi dengan Universitas dari Belanda (Universitas Utrecht, dan
Universitas Teknik Delft). WWF Indonesia juga ikut berperan karena program ini
akan berkaitan dengan lingkungan.
Inilah langkah awal bagi Indonesia untuk mengembangkan
energi panas bumi. Dari sini semoga akan melahirkan inovasi-inovasi baru
seperti pertanian modern Duijvestijn Tomaten di Belanda yang
memanfaatkan energi panas bumi untuk memanipulasi lingkungan di sekitar area
penanaman (Green House). Serta
inovasi lainnya seperti energi panas bumi untuk pengeringan sayuran dan
buah-buahan, distilasi, pengolahan
makanan (pengalengan), budidaya ikan, pasteurisasi dan peningkatan
kualitas air minum. Juga produksi energi listrik
bersih, yang akan berdampak baik bagi kebersihan udara tentunya. Jangan lupa!
cadangan fosil Indonesia hanya cukup untuk 23 tahun mendatang (Kementrian ESDM, 2011), jadi mulai
saat ini kita perlu memikirkan cara untuk menghasilkan energi alternatif dan
terbarukan. Akhirnya saya bisa mengucapkan, dank
Holland....
DAFTAR REFERENSI
Cornelissen,
Willem. 2015. Capacity Building for Geothermal Electricity Generation in
Indonesia. Evaluation of activities supported by the Dutch Promoting Renewable
Energy Programme.
de Nijs, Boy. 2015. Duijvestijn
Tomatoes awarded world's best tomato grower. (diakses melalui http://www.hortidaily.com, 26 April 2015)
Noor, R.M.
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Kamojang. 2012.
TNO. Renewed interest In Geothermal
Energy. (diakses melalui https://www.tno.nl/media/1659/362beno.pdf, 26 April 2015)
van der Meer, Freek. et al. 2013. GEOCAP: Geothermal Capacity
Building Program (Indonesia-Netherlands). Proceedings World Geothermal Congress
2015, Melbourne, Australia.
van der Meer, Freek dan Hecker, Chris.
2014. GEOCAP: Geothermal Capacity Building Program (Indonesia-Netherlands).
GRSG Newsletter p:24-30 issue 69.
van Wees, Jan-Diedrik. et al. 2013. Geothermal Energy in
Netherlands:The ThermoGis project. TNO (diakses melalui www.lbeg.niedersachsen.de/download/52200, 26 April
2015)