Thursday, 25 September 2014

Mie Hotplate yang "Ngajak Ribut"

Mmm, berhubung gue doyan makan jadi kali ini gue bakal bahas mie fenomenal ini. Nama Kedainya WHO not siapa. tapi WHO a.k.a Waroeng Hotplate Odon.
WHO cabang Ciomas, Bogor. Slogannya aja "Cadas Bringas Bengis Mamen" Dok. Triya
Kalau dari judul sih kesannya agak lebay, tapi begitulah yang ada di pikiran gue saat menikmati sensasi pedasnya mie buatan koki handal di kedai ini, bener-bener H.O.T !!
dari level 0 sampai level gak ketulungan pedesnya (entah itu level berapa, kayaknya sih level 5). Dari segi penampilan aja si mie udah nantangin dimakan
pedesnya gak ketulungan
Rata-rata menu di sini memang menawarkan kepedasan (kayaknya pake cabe janda bengsrat :D), bagi yang suka ceker dan suka pedes pasti nagih kalau nyobain menu cekernya. Kalau ngerasa kepedasan gw saranin lo buat pesen es kelapa fantasi, seenggaknya ini bisa ngedinginin kepala lw yang kepanasan dan ngilangin rasa pedes di mulut lo. Pisang bakar keju karamelnya juga Mmmmm Lekker...

Sebagai pelanggan yang makan di sini untuk kedua kalinya gue merasa pelayanannya jitu, cepet lah gak bikin nunggu lama. tempatnya enak buat kongkow pulak. So W.H.O dapet predikat recomended dari gue.

Kesan: Makanan di sini bikin cireumbay, ngesang sekaligus ingusan. hehehe

Monday, 15 September 2014

Our Earth Is Not Garbage

sumber: http://www.fotolia.com/id/23098044
Sekarang kalau ngeliat apa-apa yang kurang mengenakan berasa pingin comment mulu, bukan hari ini aja sih  manusia, dengan menggendong sebuah tas carrier penuh bak sesorang yang hendak naik gunung atau semacamnya. Dia asik memakan sejenis jajanan anak-anak serupa mie kremes dengan kemasan plastik. Setelah habis memakan isi si kemasan, dan pluk.. dia dengan seenak jiwa membuang sampah plastik tidak pada tempatnya tanpa berperikelingkungan. Andaikan saya ingat untuk meng-capture kejadian itu, saya akan pampangkan secara nyata orang tersebut pada blog ini.  Banyak anak-anak muda di zaman sekarang yang sok keren berlagak seperti pecinta alam sejati, tapi nyatanya mereka tidak memahami makna sebenarnya dengan mengatasnamakan dirinya sebagai pecinta alam. 
Walaupun bukan sebagai pecinta alam ya minimal jika dengan berpakaian seperti itu tau diri, dari kecil ampe sekarang juga dimana-mana kalau buang sampah ga sembarang. Kejadian ini terjadi di depan mata gw. Salahnya gw juga sih gak negur secara langsung.

Saturday, 13 September 2014

CONTOH SOAL CPNS YANG MENJEBAK, MEMBINGUNGKAN, dan MENYESATKAN

Nahhh...sekarang booming lagi yang namanya CPNS. Ada beberapa hal yang menggilitik saya, membuat saya terheran-heran, dan membuat saya merasa khawatir terhadap peserta UJIAN CPNS. Mungkin ini terjadi berulang-ulang dari tahun ke tahun semenjak adanya ujian CPNS. Bagaimana tidak jika soal-soal seperti ini memang tercantum dalam soal ujian. Bukan masalah soal sebetulnya, tapi ini berkaitan kepada perhitungan pada saat passing grade. Bagaimana bisa soal-soal seperti A, jawabannya seperti B,C,atau yg lainnya.
Dibawah ini ada beberapa soal dengan jawaban yang menjerumuskan dan tidak habis pikir yang saya dapat dari beberapa sumber soal prediksi tes CPNS 2013.
1. Jika x = -(3)­6 maka:
a     a. x>y
       b. x
c     c. x=y
d     d. x dan y tidak bisa ditentukan
e     e.  xy
       Pada kunci jawaban tercantum B sebagai jawaban yang benar.
      2. Jika a=2 b=-2 x=(a-b)2

      maka:
         a. x>y
         b. x
         c. x=y
         d. x dan y tidak bida ditentukan
         e.2x<2y p="">
       Pada kunci jawaban tercantum C sebagai jawaban yang benar.
     Ya, bagi orang-orang yang merasa pintar atau memang pintar silahkan berdiskusi atau mencoba menjawab  pertanyaan ini sendiri. Bagaimana bisa jawabannya seperti itu, karena saya ini orang yang masih perlu belajar banyak. Tolong dipost jawabannya di kolom komentar. Ini hanya sebagian kecil dari beberapa contoh soal yang menurut saya menjerumuskan (saya pribadi). Pada soal-soal TKD lainnya pun yang saya gunakan sebagai bahan acuan dan bahan latihan, beberapa soalnya memiliki tipe-tipe seperti ini yakni menjebak dan menjerumuskan. Tidak hanya pada soal logika angka, dalam test persamaan atau lawan kata pun ada. Membuat saya semakin khawatir pada diri saya sendiri. Bisa-bisa banyak yang gagal karena soal-soal seperti ini. Bukan hanya soal yang membuat peserta khawatir, tapi juga jumlah quota yang tersedia jika dibandingkan dengan jumlah pelamar yang sangat tidak seimbang, bahkan jauh dari berbanding lurus. Bayangkan quota yang tersedia pada salah satu Instansi misalkan hanya 250 dengan Jumlah pelamar hampir 39000. Lalu sisanya akan berakhir pada jurang yang sama. Saya pribadi berharap agar pihak yang menangani proses penerimaan CPNS 2014  makin baik, tidak berat sebelah, berlaku adil dan oknum-oknum yang merugikan pun di basmi setuntas-tuntasnya hingga ke akar-akarnya. Jangan salahkan seseorang sepenuhnya karena korupsi jika dari awal kita juga yang memberikan mereka kesempatan untuk melakukan korupsi *lho kok berat banget ya bahasannya jadi malah ke sini :D*.

Thursday, 11 September 2014

Wonderful Indonesia : The Great Treasure of Indonesia

Indonesia merupakan Negeri yang sangat subur, siapa pun tahu itu. Pernah dengar lagu yang syairnya seperti ini? 

                            “Orang bilang tanah kita tanah surga,
                                                      Tongkat, kayu, dan batu jadi tanaman……”

Syair tersebut bukan hanya sebatas karangan atau celotehan ringan belaka. Ya! Tanah Indonesia dari Sabang hingga Merauke tersimpan keindahan alam, budaya dan kearifan lokal yang memiliki ciri khas tersendiri salah satunya RAJA AMPAT (RA). Raja Ampat merupakan bagian dari the great treasure yang dimiliki Indonesia bahkan Raja Ampat terkenal sebagai destinasi wisata terindah di jagat wisata dunia hingga mendapat predikat The Hidden Paradise (Surga tersembunyi) atau Paradise on Earth (Surga Dunia)
Terletak di Indonesia bagian Timur, sebelah Barat pulau Papua. Secara geografis Kepulauan Raja Ampat berada pada 01o15’ LU – 2o15’ LS dan 129o10’ – 121o10’ BT dengan luas wilayahnya 46.000 km2 terdiri dari wilayah lautnya 40.000 km2 dan luas daratannya 6.000 km2. Pada akhir tahun 2003, Raja Ampat dideklarasikan sebagai kabupaten baru, berdasarkan UU No. 26 tentang Pembentukan Kabupaten Sarmi, Kabupaten Kerom, Kabupaten Sorong Selatan, dan Kabupaten Raja Ampat, tanggal 3 Mei tahun 2002. Kabupaten Raja Ampat terdiri dari kurang lebih 610 pulau yang memiliki panjang total tepi pantai 753 km dengan 34 pulau yang berpenghuni (COREMAP, 2005).

dok. Awwal dalam buku Beautiful Raja Ampat
Di Raja ampat terdapat tiga suku utama yaitu, suku Ma’ya yang banyak menempati kawasan di pulau Waigeo, suku Matbat yang hidup di pulau Misool, dan suku Kalanafat yang sebagian tinggal di pulau Misool dan menempati pulau kecil lainnya di sekeliling pulau Misool, dan sub suku lainnya yaitu Beteuw yang tinggal di Waigeo, Batanta, Salawati dan beberapa pulau kecil yang mengelilingi pulau-pulau besar di Raja Ampat. Sedikitnya ada 17 sub suku  yang menempati pulau-pulau di Raja Ampat

Gugusan kepulauan yang berada di kawasan Vogelkop (Kepala Burung) pulau Papua ini merupakan bagian dari jantung atau pusat segitiga terumbu karang (Heart of coral Triangle).  Mengapa area ini dinamai heart of coral triangle? ini dikarenakan area ini memiliki keanaekaragaman terumbu karang tertinggi di dunia (Donnelly et al., 2003; Mc Kenna et al., 2002 dikutip dari Pitcher, Tonny J. et al., 2007). Terdapat sedikitnya 1.320 jenis ikan yang mendiami 553 jenis terumbu karang, atau sekitar 75% dari semua jenis terumbu  karang yang ada di dunia (Halim and Mous, 2006). Belum lagi ditambah 41 jenis terumbu karang lunak (soft coral) yang membuat ekosistem laut RA semakin beragam. Laut Raja Ampat juga dihuni oleh penyu, ubur-ubur, siput laut, kuda laut mini, lobster, teripang dan  biota laut lainnya.  Hutan mangrove dan rumput lautnya pun beragam. Short et al., (2007) mencatat ada 12 hingga 15 jenis  mangrove di daerah ini. Banyak bukan? Coba bayangkan, betapa cantiknya jika saya atau kalian bisa menyelami kedalaman laut Raja Ampat,  memandangi karst yang indah dan berdiri kokoh atau mengeksplorasi hutan mangrove dan pantainya. Tapi sebelum berkhayal menuju kesana mari kita ketahui sedikit cerita mengenai peradaban Raja Ampat..
Setiap wilayah pasti memiliki legenda rakyat tersendiri mengenai asal-usul wilayahnya atau kebudayaannya, begitu juga Raja Ampat. Konon di Teluk Kabui Kampung Wawiyai ada sepasang suami istri pergi ke hutan (sebagai perambah hutan) untuk mencari makanan, ketika mereka tiba di tepi Sungai Waikeo (Wai artinya air, kew artinya teluk) mereka menemukan tujuh butir telur naga. Ketujuh telur tersebut disimpan dalam noken dan dibawa pulang, sesampainya di rumah telur-telur tersebut disimpan dalam kamar. Ketika malam hari mereka mendengar suara bisik-bisik, betapa kagetnya mereka ketika mereka melihat di dalam kamar ternyata ke-lima butir telur telah menetas berwujud empat anak laki-laki dan satu anak perempuan, semuanya berpakaian halus seperti menunjukkan bahwa mereka adalah keturunan raja. Diketahui bahwa masing-masing anak bernama :
  1. War menjadi Raja di Waigeo.
  2. Betani menjadi Raja di Salawati.
  3. Dohar menjadi Raja di Lilinta (Misool)
  4. Mohamad menjadi Raja di Waigama (Batanta)
     Sedangkan anak yang perempuan (bernama Pintolee), pada suatu ketika anak perempuan tersebut diketahui sedang hamil dan oleh kakak-kakaknya Pintolee diletakkan dalam kulit bia (kerang) besar kemudian dihanyutkan hingga terdampar di Pulau Numfor. Satu telur lagi tidak menetas dan menjadi batu yang diberi nama Kapatnai dan diperlakukan sebagai raja, setiap tahunnya batu ini dimandikan dan air mandinya disiramkan kepada masyarakat sebagai babtisan untuk Suku Kawe (Korneles Mambrasar, dikutip dari Raja Ampat|Last Paradise). Legenda lain menyebutkan bahwa ada sepasang suami istri yang tinggal di Waigeo yang suaminya Gurabesi. Gurabesi sendiri adalah raja atau Kolano yang merupakan utusan Sultan untuk berkuasa di suatu pulau sebagai hadiah atas keberhasilannya menumpas musuh Tidore. Sang Kolano kelak memiliki empat orang anak lelaki yang kemudian memimpin dan menjadi raja di pulau-pulau Papua, oleh karena itu disebut sebagai kepulauan Raja Ampat.  Menarik bukan?
     Sebenarnya jika ditinjau dari sisi sejarah,  Kepulauan Raja Ampat di abad ke 15 merupakan bagian dari kekuasaan Kesultanan Tidore, sebuah kerajaan besar yang berpusat di Kepulauan Maluku. Pada tahun 1453 Sultan Tidore yang ke 10, Ibnu Mansur bersama Sangaji Patani Sahmardan dan Kapitan Waigeo bernama Kapitan Gurabesi memimpin sebuah ekspedisi besar yang melewati wilayah patani Gebe dan Waigeo. Dari ekspedisi ini, tiga wilayah yang meliputi wilayah Raja Ampat atau Korano Ngaruha, Wilayah Papua Gamsio dan wilayah Mafor Soa Raha berhasil ditaklukkan. Wilayah Raja Ampat yang ditaklukkan meliputi Kolano Waigeo, Kolano Umwasol (Misool), dan Kolano Waigama. Sebelum Malaka jatuh ke tangan Portugis, Kesultanan di kawasan Maluku sedang dalam puncak kejayaannya. Di antara kesultanan Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo, Tidore adalah yang paling menonjol. Tak hanya soal faktor geografisnya saja, Tidore di bawah kepemimpinan Sultan Khairun dan Sultan Baabullah menjalin kerjasama perdagangan dengan kawasan Raja Ampat, sehingga menjadikan kedua lokasi ini memiliki kekerabatan yang kuat.
     Awalnya, Wagama dan Misool merupakan bagian dari Kesultanan Bacan, akan tetapi pada abad ke XVII Tidore berhasil mengalahkan Bacan dan memegang peranan yang cukup kuat di kawasan bagian barat Papua ini. Begitu pula dengan cerita rakyat yang berkembang, dimana diceritakan bahwa pada abad XV Biak telah menjadi wilayah Kesultanan Tidore, dengan mengangkat pejabat daerah yang bersangkutan dengan sebutan gelar seperti Kapitan, Sangaji, Korano, Dimara, Mayor dan sebagainya. Gelar yang hingga kini masih bisa ditemui sebagai nama marga keluarga-keluarga di Kepulauan Raja Ampat. Untuk menjalankan pemerintahannya, Kesultanan Tidore ini menunjuk 4 orang Raja lokal untuk berkuasa di pulau Waigeo, Batanta, Salawati dan Misool yang merupakan 4 pulau terbesar dalam jajaran kepulauan Raja Ampat sampai sekarang ini. Begitulah awal mula penamaan Raja Ampat diberikan.....
     Sejak awal abad ke-19, para penjelajah dan peneliti Eropa mengarahkan perhatian pada kepulauan yang terletak di perairan kawasan timur Indonesia. Perancis merupakan negara Eropa pertama yang singgah di kepulauan tersebut. Antara tahun 1819 sampai 1820, L’Uranie, sebuah kapal Perancis, tercatat melintas dan melakukan penelitian di kawasan bagian barat Papua Nugini dan Raja Ampat  (Lourdes et al., 2006). Di dalam kapal yang dipimpin Kapten Freycinet itu terdapat dua peneliti satwa yang bernama Quoy dan Gaimard. Saat kembali ke negaranya pada 1824, mereka membawa 30 spesies ikan laut yang belum diketahui sebelumnya dan berbagai ilustrasi flora dan fauna yang ditemui yang kemudian penemuan tersebut dipublikasikan kepada dunia. Salah satu publikasinya adalah bahwa Raja Ampat sedari dulu merupakan kawasan yang memiliki kekanekaragaman hayati laut yang sangat tinggi. Hubungan dagang yang baik dengan berbagai pihak bahkan bangsa Cina (Lourdes et al., 2006).
Setelah L’Uranie, datang kapal Prancis lainnya bernama Corvette La Coquille yang dinakhodai Kapten Duppery. Kapal yang datang pada 1823 itu melanjutkan penelitian yang dilakukan pendahulunya. Lalu dilanjutkan dengan ekspedisi L’Astrolabe pada tahun 1818-1826. Mata dunia terhadap Kepulauan Raja Ampat pun semakin terbuka ketika peneliti asal Inggris, Alfred Russel Wallace datang ke Pulau Waigeo pada 1860. Hasil penelitian Wallace itu kemudian ditulis dalam bukunya yang terkenal, The Malay Archipelago yang telah menginspirasikan Charles Darwin dalam membuat Teori Evolusi. (Lourdes et al., 2006)
Keindahan keanekaragaman hayati di Kepulauan Raja Ampat mulai dikenal dunia semenjak beberapa abad silam. Hal ini menyebabkan banyak orang mencarinya karena tujuan tertentu. Karena Sumber Daya Alam-nya yang melimpah ini terutama perikanan, banyak kelompok yang tertarik untuk berinvestasi bahkan mengeksploitasi Raja Ampat. Dalam beberapa kurun waktu Raja Ampat banyak dikunjungi perahu-perahu nelayan dari berbagai perusahaan perikanan. Walaupun ini legal tetapi penangkapan ikan dalam jumlah yang banyak ini juga menarik perahu-perahu nelayan lain sehingga, meningkat dari tahun ke tahun. Akhirnya penangkapan ikan yang berlebih menjadi masalah utama di Raja Ampat. Penangkapan illegal pun terjadi di kawasan ini oleh penduduk lokal maupun luar dengan menggunakan bom dan racun ikan. Kegiatan eksploitasi ini berpengaruh buruk terhadap ekosistem terumbu karang  (Pandolfi et al., 2003)  yakni tempat dimana ikan bertelur, berkembang biak dan hidup.
     Berdasarkan data CRITC report (Baseline RAI) 2001, diketahui bahwa sebagian terumbu karang Indonesia berada dalam kondisi yang mengkuatirkan. Di Kepulauan Raja Ampat tutupan karang sekitar pulau, misalnya, Pulau Boo sebesar 35, 02%, Pulau Ayau 51, 07%, dan Pulau Batang 40,86%.( CRITC report. 2001. Base line study Kepulauan Raja Ampat. Coral reef rehabilitation and Management program. Jakarta.). Bagi masyarakat Raja Ampat, laut merupakan jantung kehidupan mereka selain berkebun dan berburu namun, sejak Raja Ampat menjadi semakin terkenal karena keanekaragaman lautnya banyak masalah yang timbul terhadap ekosistem perairan-nya karena eksploitasi yang terjadi. Beberapa organisasi non pemerintah baik internasional dan lokal memulai melakukan konservasi untuk menjaga dan melestarikan keanekaragaman ekosistem laut Raja Ampat. Beberapa organisasi tersebut adalah TNC (The Nature Conservacy), WWF (World Wild Life Foundation), dan berbagai stake holders dari pemerintahan dalam negeri. Mereka menetapkan 7 Area di Raja Ampat yang dilindungi dari aktivitas penangkapan ikan dan aktivitas lainnya yang membahayakan ekosistem  laut atau dikenal dengan Marine Protected Area (MPA).

     Kesadaran pentingnya air dan tanah akhirnya mendorong warga menciptakan sistem budaya untuk menjaga dan melestarikan alam di sekelilingnya. Sistem budaya masyarakat Raja Ampat ini dinamakan “Sasi” dan “Rajaha”. Sasi dan Rajaha bisa diibaratkan sebagai bentuk kearifan lokal daerah Raja Ampat. Tradisi Sasi sebenarnya lebih dulu dikenal di wilayah Maluku sejak ratusan tahun lalu yang kemudian menyebar ke wilayah adat di kawasan Papua yang disebut Petuanan. Petuanan memiliki hak ulayat untuk menguasai berapa luas wilayah perairan. Masing-masing petuanan menentukan sendiri masa Sasi diberlakukan. Kapan wilayah perairannya dilarang (ditutup) untuk penangkapan hasil laut, kapan diperbolehkan (dibuka). Ketentuan itu disepakati bersama oleh masyarakat kampung yang berada di petuanan tersebut.
Adapun tujuan utama sasi adalah pembatasan ekploitasi sumber daya alam. Upacara sasi biasanya berlangsung selama 1-7 hari. Dalam upacara ini, diletakkan sebatang pohon yang dihiasi pelbagai ukiran, potongan-potongan kain, daun-daun yang dianyam menyerupai hewan-hewan laut, dan buah bakau yang diletakkan di tempat yang akan dilaksanakan sasi. Setelah upacara selesai, tonggak tanda batas yang sudah diupacarai dipancangkan di lokasi yang akan disasi. 



Perlengkapan upacara lainnya adalah 7 piring nasi kuning, 7 butir telur, 7 bungkus papeda berbiji (kawet), tembakau yang digulung dengan daun nipa, pinang siri, dan kapur masing-masing 7 tempat. Ada yang tahu kenapa harus 7? Perkiraan saya semuanya ini dihubungkan dengan legenda rakyat Raja Ampat yaitu kisah 7 telur naga yang kemudian empat diantaranya  menjadi Raja. Semua perlengkapan ini sebagian dilarung ke laut dan sebagian di bibir pantai sebagai persembahan.

     Sementara, pada saat "rajaha" juga dilakukan upacara dengan memotong ayam putih kemudian diikat pada lokasi yang disasi. Untuk mencegah pencurian hobatan yang berbentuk cairan atau daun-daun yang diisi botol kecil lalu digantungkan pada tiang kayu di lokasi yang disasi. Hobatan selalu disertai pembacaan mantera. Sepertinya Rajaha ini yang menjadi perisai untuk daerah yang disasi, jika ada yang melanggar? hati-hati... bisa saja yang melanggar terkena musibah seperti cacat seumur hidup atau bahkan nyawa taruhannya, seperti dikutip dari buku Pusaka Raja Ampat; History and Culture karya Ayu Arman. Selain itu, ada juga pelanggar yang diberi hukuman langsung seperti harus membayar denda adat, atau dipermalukan dihadapan umum dengan cara dipasung atau sanksi sosial lainnya. Dengan ketentuan seperti itu masyarakat menjadi tidak serampangan mengambil hasil laut di wilayahnya, kecuali diwilayah laut terbuka. Sanksi akan dijatuhkan oleh ketua adat bagi masyarakat yang melanggar aturan tersebut.
      Ada 6 zona kawasan konservasi lautyang kemudian dibagi lagi menjadi 3 zona peruntukan. Zona inti, zona pemanfaatan terbatas, dan zona pemanfaatan bebas. Masyarakat dilarang untuk mengambil ikan di zona inti ini. Zona pemanfaatan terbatas digunakan sebagai bank ikan dan ekowisata.Wilayah tradisi Sasi ini masuk dalam zona pemanfaatan bebas. Disinilah peraturan tradisi Sasi diberlakukan masyarakat adat, dimana waktu panen ikan dan waktu pemeliharaan ikan dan biota laut lainnya dijadwalkan. Saat ini hampir seluruh kawasan Raja Ampat telah diberlakukan sasi. Setidaknya, ada 16 titik yang dalam istilah terkini adalah Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) yang di deklarasikan sejak 2006. Ke-16 titik tersebut terlarang bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan menangkap ikan atau memanen hasil laut lainnya, seperti lola, teripang, dan ikan karang. Dalam rangka mendukung kearifan lokal itu, maka masyarakat kini telah memberlakukan sistem patroli pengawasan ke wilayah perairan hak ulayat dimana tradisi Sasi dijalankan. Menurut lembaga perlindungan alam dan kehidupan TNC (The Nature Conservancy) berdasarkan survey yang mereka lakukan di tahun 2007 hingga 2009 bahwa sekitar 94 persen hasil sumberdaya alam laut di Kabupaten Raja Ampat telah dijarah oleh nelayan dari luar.
     Selain sasi, masyarakat Raja Ampat juga memiliki kebiasaan menangkap ikan secara tradisional  dalam rangka konservasi lingkungan tempat mereka tinggal. Teknik menangkap ikan tersebut dinamai molo, bacigi. Molo adalah cara menangkap ikan dengan senapan kayu sedangkan, bacigi adalah teknik memancing di laut tanpa menggunakan umpan. Kearifan lokal  ternyata bisa lebih “sakti” untuk melindungi dan melestarikan sumber daya alam, ketimbang peraturan pelarangan yang di keluarkan pemerintah. Lewat kearifan lokal masyarakat diajak untuk sama-sama memiliki dan menjaga alam dari kerusakan dan kepunahan.

Ini tangan siapa ya? (dok. Awwal dalam buku Beautiful Raja Ampat)
Ada cerita lain lagi yang menarik. Tahu tebing-tebing karst yang indah di sekitar Raja Ampat kan?. Begini ceritanya, penduduk lokal telah menempati tebing-tebing tersebut dari zaman dahulu. Interaksi antara penduduk lokal dengan tempat tinggalnya memunculkan struktur kebudayaan sosial yang khusus. Beberapa karst dalam bentuk tertentu seperti ascaves, stalaktit, dan bahkan tebing karst memiliki nilai sosial bagi penduduk lokal. Nilai-nilai tersebut berhubungan dengan kegiatan spiritual, kepercayaan dan legenda. Sebagai contoh yaitu, stalaktit yang berada di teluk Mayalibit. Stalaktit dengan bentuk genital laki-laki dipercayai sebagai lambang kesuburan. Siapa yang kesulitan dalam memiliki keturunan, akan memiliki anak di kemudian waktu hanya dengan menyentuh stalaktit ini. Bukan hanya itu, masih ada kebudayaan lain seperti relic Papua yang bisa dijumapai di desa Salpele, gua di teluk Mayalibit yang digunakan sebagai tempat keramat untuk menyimpan tengkorak, dan  cerita batu gamping  yang mendatangkan keuntungan bagi sumber perikanan lokal. Lho kok bisa?
     Mmmm,, tahu Noken? Ini bukan karst tapi ini tas, itu lho yang talinya biasanya digantung atau diletakkan di atas kepala. Hasil kerajinan tangan kebanyakan penduduk Papua yang bermanfaat tentunya. Menariknya Noken terdaftar sebagai warisan budaya tak benda oleh badan internasional UNESCO. Belum lagi mengenai ukiran-nya yang amazing, sepertinya Raja Ampat menyimpan banyak cerita yang menarik untuk diketahui. Penasaran? Semakin penasaran kan??


Panorama karst yang indah, pemandangan, flora-fauna unik endemik dan nila-nilai sosial ini ternyata menarik minat pengunjung dalam negeri dan manca negara lho... Bahkan Sail 2014 dilaksanakan di Raja Ampat untuk menarik wisatawan dari berbagai penjuru dunia. Ingat jaman di mana saya belum bisa berenang. Saya baru bisa berenang saat kuliah lho, saya menyesal kenapa tidak dari dulu saya tahu betapa amazing-nya pemandangan bawah laut di Indonesia, saya pasti memilih kejuruan lain yang berhubungan dengan biodiversitas biota laut saat kuliah hehe. supaya saya sering menyelam begitu.... Banyak yang bisa dieksplorasi di Raja Ampat, konon katanya di salah satu spot penyelaman terdapat pesawat karam bekas peninggalan perang dunia II ? Menantang? yuk kita menyelam....


Ingin tahu lebih banyak mengenai keindahan indonesia lainnya? kunjungi: http://www.indonesia.travel

Sumber: 
Anonim. Appendix C Social situation and history  
Anonim. 2013.Raja Ampat, ditengah Budaya dan Kearifan Lokal.  
Agostini et al. 2012. Achieving Fisheries and Conservation Objectives within Marine Protecte Areas: Zoning the Raja Ampat Network. Indo – Pacific Division. Indonesia Report No. 2/12.of the Raja Ampat archipelago.


Dhave, danang. 2014. Sasi, Konservasi Tradisional di Raja Ampat.

Djarwanto et al. 2013. Geodiversity Raja Ampat Island and Tourism Developmet. 2nd International Conference on Geological and Environmental Sciences. PCBEE vol.52 (2013) © (2013) IACSIT Press, Singapore. DOI: 10.7763/IPCBEE.. V52. 3


Hoeksema et al. 2008. Cryptic Marine Biota Of The Raja Ampat Island Group. Preliminary results of the LIPI – Naturalis expedition to Raja Ampat, Papua, Indonesia.


Palomares, Maria Lourdes D. and Johanna J. Heymans. 2006. Historical ecology of the Raja Ampat Archipelago, Papua Province, Indonesia. The Fisheries Centre, University of British Columbia, 2202 Main Mall Vancouver, B.C., Canada, V6T1Z4. ISSN 1198 - 6727. 64.


Pitcher, Tonny J. et al. 2007. Ecological And Economic Analyses Of Marine Ecosystem In The Bird’s Head Seascape, Papua, Indonesia : I. The Fisheries Centre, University of Birtish Columbia, 2202 Main Mall Vancouver, B.C., Canada, V6T1Z4. ISSN 1198 6727. 184 p.


QM. 2012. Kekayaan Biodiversitas Laut Raja ampat. Buletin Konservasi Biodiversitas Raja Ampat. Laboratorium Perikanan, Jurusan Perikanan, Fakultas Peternakan Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Negeri Papua, Jl Gunung Salju Amban Manokwari. Papua Barat 98314.


Setiawan, F. Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Laut Kepulauan Raja Ampat Secara Terpadu dan Berkelanjutan. Universitas Padjadjaran.

Suraji, Djangkaru, R., Muljadi Pinneng S., Awwal Sugih H.P. Beautiful Raja Ampat.